Fungsi Baitul Hikmah dalam Ilmu Pengetahuan (02)

Fungsi Baitul Hikmah dalam Ilmu Pengetahuan
Kota Baghdad dan perkembangan ilmu pengetahuannya pada masa Dinasti Abbasiyah. Foto: Sketsa 1001 Invention

MEDIA IPNU - Fungsi Baitul Hikmah dalam Ilmu Pengetahuan. Telah dijelaskan diatas bahwa pada dasarnya Baitul Hikmah ini tidak hanya berfungsi sebagai pusat perpustakaan dinasti Abbasiyah sebagaimana kebanyakan dipahami, melainkan lebih dari itu, diantaranya ialah sebagai berikut:

Sebagai Perpustakaan

Fungsi utama Baitul Hikmah ketika dibangun oleh Khalifah Harun al-Rasyid ialah untuk perpustakaan berbagai buku-buku, baik buku-buku bidang keagamaa, buku berbahasa asing, dan buku bidang eksakta hasil dari penerjemahan buku atau manuskrip Yunani dan Persia pada zaman Khalifah Abu Ja’far al-Mansur. Baitul Hikmah ini merupakan perpustakaan terbesar di dinasti Abbasiyah. Baitul Hikmah ini dapat dikunjungi oleh siapa saja tanpa membedakan agama, ras, suku, bahkan warga negara. Jadi banyak waktu itu rakyat dari berbagai macam agama, baik Islam, Nasrani, dan Yahudi menggunakan fasilitas Baitul Hikmah ini.

Selain itu, para pelajar asing yang menimba ilmu disini pun dibolehkan dengan leluasa menggunakan fasilitasnya. Baitul Hikmah ini di dalamnya terdapat berbagai fasilitas seperti tempat membaca yang nyaman, tempat untuk menyalin, tempat untuk menjilid, dan lain-lain. Baitul Hikmah ini dikelola oleh kepala staf yang dibantu oleh anggota-anggotanya.

Bahkan secara lebih rinci, menurut kitab Al-Maktabaat fi al-Hadharohal-Arobiyah al-Islamiyah karya Rubhay Mushtofa Ulyan mengatakan bahwa Baitul Hikmah ini terbagi menjadi 3 struktur organisasi, yakni penanggungjawab (mushrif al-ulya), petugas perpustakaan (al-maktabah), dan pembantu petugas perpustakaan (al-musa’id).

Koleksi buku di Baitul Hikmah ini sangat lengkap pada zaman itu, yang didalamnya terdiri dari beragam bahasa dan berbagai bidang, seperti keagamaan (fiqh, tasawuf, nahwu, sharaf, dan lain-lain), filsafat, kedokteran, matematika, astronomi, kimia, biologi, sejarah, fisika, musik, dan lain-lain.

Bahkan dalam kitab Kasfy dan kitab al-Fihrist  karya Haji Khalifah dijelaskan bahwa koleksi buku di Baitul Hikmah pada saat itu mencapai 60.000 buku. Hal ini merupakan jumlah yang luar biasa saat itu dibandingkan perpustakaan yang ada di seluruh dunia. Penataan buku di Baitul Hikmah juga sangat rapi dengan disusun berdasarkan cabang ilmu. Koleksi jumlah cabang ilmu pada Baitul Mal ini pun juga lebih lengkap dari pada perpustakaan lainnya.

Selain itu, penataan buku Baitul Hikmah juga tersusun atas kepemilikan koleksi, seperti koleksi buku yang dikumpulkan oleh Khalifah Harun al-Rasyid dinamakan Khizanah al-Rasyid dan yang dikumpulkan oleh Khalifah Abdullah al-Ma’mun dinamakan Khizanah al-Ma’mun.

Khalifah Al-Ma’mun pada masa itu dikenal sebagai khalifah yang mempunyai kecintaan terhadap ilmu pengetahuan yang tinggi. Beliau berusaha mengumpulkan buku-buku yang berharga dan langka yang terdapat di beberapa tempat, baik dari negerinya maupun di luar negerinya. Beliau sering mengirim utusan ke negara lain seperti Romawi Timur di Konstatinopel untuk membeli buku-buku Yunani Kuno di pasar buku.

Selain itu terkadang beliau biasanya menunjuk utusan atau diplomat dalam rangka hubungan bilateral dengan negara lain untuk meminta buku-buku yang terdapat di negeri tersebut. Cara lain yang dilakukan oleh Khalifah Abdullah al-Ma’mun ialah dengan menerapkan kebijakan membayar pajak (jizyah) berupa buku kepada masyarakatnya yang kemudian oleh beliau diletakkan ke Baitul Hikmah.

Cara lain yang dilakukan olehnya ialah dengan menerapkan sayembara barang siapa dari rakyatnya yang berhasil menciptakan sebuah karya, maka ia akan diberikan emas oleh Khalifah seberat karya yang diciptakannya. Karya berbentuk buku hasil sayembara tersebut oleh Khalifah al-Ma’mun diletakkan pula di Baitul Hikmah.

Sebagai Lembaga Pendidikan

Selain berfungsi sebagai pusat perpustakaan yang sangat lengkap, Baitul hikmah juga berfungsi sebagai lembaga pendidikan atau akademik. Baitul Hikmah ini juga bisa disebut dengan perguruan tinggi dan menjadi saingan dari Universitas Nizhamiyyah yang saat itu juga sangat maju di kota Baghdad.

Metode pendidikan yang diterapkan di Baitul Hikmah ini ialah metode muhadharah (ceramah) dan metode debat. Para guru/ustadz yang mengisi perkuliahan menyampaikan di tempat yang tinggi dan pelajar-pelajar mengelilinginya. Guru/ustadz tersebut menyampaikan materi yang diuraikan dalam bentuk muhadharah atau ceramah. Saat itu guru/ustadz menjadi rujukan akhir atas materi yang disampaikannya. Kemudian para pelajar berpindah dari satu halaqah ke halaqah lainnya serta mempelajari berbagai macam cabang ilmu pada tiap halaqahnya.

Cabang-cabang ilmu pada pendidikan Baitul Hikmah ialah seperti filsafat, matematika, kedokteran, kimia, dan lain-lain. Selain itu didalam pengajarannya, Baitul Hikmah tak hanya menggunakan bahasa Arab saja, melainkan juga menggunakan bahasa lainnya, seperti Yunani, India, Persia, dan lain-lain.

Dengan demikian, Baitul Hikmah ini mempelopori kelas internasional. Setelah lulus, para pelajar diberikan ijazah oleh ustadz atau gurunya sebagaimana ijazah saat ini. Dengan diperolehnya ijazah tersebut telah melegalkan bagi pelajar tersebut untuk mengajarkan ilmu-ilmu yang telah diperolehnya.

Sebagai Tempat Riset dan Observatorium

Baitul Hikmah juga berfungsi sebagai tempat riset yang merupakan hal yang paling urgent dalam perkembangan perpustakaan. Dalam hal ini, para para peneliti bekerja dibawah divisi penelitian dan penulisan perpustakaan. Di dalam Baitul Hikmah ini terdapat beberapa ruang yang digunakan untuk riset dari berbagai cabang keilmuan, seperti laboratorium kimia, biologi, matematika, astronomi, dan lain-lain.

Untuk cabang ilmu atronomi atau ilmu falak, laboratoriumnya ialah menara tinggi sehingga para astronom bisa menghitung peredaran bumi dengan baik sebagaimana sekarang yang jika ingin menghitung peredaran bumi harus dengan tempat yang tinggi. Para peneliti yang melakukan riset di laboratorium Baitul Hikmah ini oleh khalifah dimintai imbalan agar ia dapat menyumbang sebuah karya yang nantinya akan menjadi koleksi baru di perpustakaan Baitul Hikmah.

Sebagai Biro Penerjemah

Untuk mendukung fungsi Baitul Hikmah sebagai perpustakaan terbesar saat itu, khalifah senantiasa melakukan kebijakan penerjemahan buku-buku maupun manuskrip asing kedalam bahasa Arab. Penerjemahan ini mendapatkan perhatian penuh dari khalifah, salah satunya yakni memberikan gaji dan berbagai tunjangan lainnya kepada para penerjemah di Baitul Hikmah tersebut.

Khalifah Harun al-Rasyid sebenarnya telah berusaha keras dalam menerjemahkan karya-karya asing, namun khalifah yang sangat penuh perhatian terhadap kegiatan penerjemahan ini ialah putranya, Khalifah Abdullah al-Ma’mun. Dalam kitab Al-Fahrasat karya Ibnu Nadim menjelaskan bahwa tim penerjemah tidak hanya menerjemahkan dalam bahasa Arab waktu itu, melainkan juga bahasa-bahasa yang tersebar di seluruh daerah dinasti Abbasiyah.

Selain itu, menurut Qadhi Shaid al-Andalusi mengatakan bahwa saat itu Khalifah Abdullah al-Ma’mun membagi tim penerjemah tersebut sesuai keahlian bidang ilmu masing-masing. Hal ini dikarenakan agar penerjemah tersebut benar-benar memahami arti dan kandungan dalam buku-buku atau manuskrip asing tersebut, tanpa adanya pembagian sesuai keahlian bidang keilmuan tersebut akan berakibat besar pada kesalahan dalam memahaminya.

Khalifah Abdullah al-Ma’mun saat itu mengundang para penerjemah besar sebagai direktur penerjemahan seperti Hunain bin Ishaq, Abu Yahya bin Bitrik (ilmuan Yunani), dan Yuhanna bin Musawayh. Para penerjemah besar ini merupakan ahli bahasa termasyhur saat itu dan beliau digaji oleh khalifah al-Ma’mun dengan emas yang besar saat itu.

Sebagaimana yang telah dilakukan oleh ayahnya, beliau juga berusaha keras dalam mengumpulkan buku-buku manuskrip asing tersebut, baik dilakukan dengan mengirim utusan untuk membeli buku asing di pasar buku negeri asing seperti Romawi Timur, Romawi Barat, dan negeri lainnya ataupun dengan mengadakan hubungan bilateral dengan negara asing melalui diplomatnya untuk meminta buku-buku asing yang terdapat di negera tersebut.

Selain itu cara lainnya seperti diceritakan oleh Ibnu Nadim bahwa ketika dahulu terjadi peperangan antara dinasti Abbasiyah dengan Romawi Timur dan dimenangkan oleh dinasti Abbasiyah, Raja Bizyantium kemudian melakukan perjanjian perdamaian, Khalifah al-Ma’mun saat itu menyertakan dalam perjanjian agar karya-karya Yunani kuno yang ada di lemari istananya untuk diterjemahkan oleh penerjemahnya.

Saat itu Raja Bizyantium tidak mengerti untuk apa Khalifah al-Ma’mun menyertakan syarat demikian dalam perjanjian perdamaian. Hal inilah yang menggambarkan betapa gelapnya Eropa akan ilmu pengetahuan saat itu, mereka bahkan tidak bisa menggunakan dengan baik dan menganggap biasa saja terhadap peninggalan-peninggalan peradabannya dahulu yang telah maju. Khalifah Abdullah al-Ma’mun menghabiskan kegiatan pengumpulan dan penerjemahan karya-karya asing ini sebesar 300.000 dinar atau jika dirinci saat ini ialah 660 Milyar.

Kegiatan besar-besaran yang dilakukan oleh khalifah dinasti Abbasiyah pada dasarnya memiliki tujuan, diantaranya ialah:

Adanya keinginan khalifah mengembangkan ilmu-ilmu eksakta yang dipelopori oleh bangsa yang telah maju (Yunani dan Persia).

Penerjemahan filsafat Yunani juga mempunyai motif agar umat Islam dapat mengimbangi perdebatan dengan umat Yahudi dan Nasrani dalam hal logika.

Keinginan khalifah mengambil sisa-sisa peninggalan bangsa yang telah maju (Yunani dan Persia) sebagai bekal membangun dinasti Abbasiyah menjadi negara dengan peradaban yang maju.

Adanya dorongan dari ayat-ayat Al-Qur’an untuk mengamati alam sekitar yang menjadi konsekuensi untuk menuntut ilmu dan mengembangkan penelitian-penelitian.

Adanya anggapan baik dari khalifah maupun masyarakat bahwa tingkat kemajuan pada ilmu pengetahuan akan memiliki konsekuensi terhadap kemajuan kemakmuran dan taraf ekonomi suatu negara.

Penulis: Khoirus Sahro (Kader IPPNU PAC Purwosari, Pasuruan, Jatim)

Kunjungi Bagian Artikel :

Fungsi Baitul Hikmah dalam Ilmu Pengetahuan. Ini Fungsi Baitul Hikmah dalam Ilmu Pengetahuan. Info Fungsi Baitul Hikmah dalam Ilmu Pengetahuan. Tentang Fungsi Baitul Hikmah dalam Ilmu Pengetahuan. Jika Fungsi Baitul Hikmah dalam Ilmu Pengetahuan. Maka Fungsi Baitul Hikmah dalam Ilmu Pengetahuan. Jadi Fungsi Baitul Hikmah dalam Ilmu Pengetahuan. Misalnya Fungsi Baitul Hikmah dalam Ilmu Pengetahuan. Namun, Fungsi Baitul Hikmah dalam Ilmu Pengetahuan. Itulah Fungsi Baitul Hikmah dalam Ilmu Pengetahuan. Nanti Fungsi Baitul Hikmah dalam Ilmu Pengetahuan. Walau Fungsi Baitul Hikmah dalam Ilmu Pengetahuan. Tapi Fungsi Baitul Hikmah dalam Ilmu Pengetahuan. Inilah Fungsi Baitul Hikmah dalam Ilmu Pengetahuan. Jika Fungsi Baitul Hikmah dalam Ilmu Pengetahuan. Maka Fungsi Baitul Hikmah dalam Ilmu Pengetahuan. Jadi Fungsi Baitul Hikmah dalam Ilmu. Itulah Fungsi Baitul Hikmah dalam Ilmu. Andai Fungsi Baitul Hikmah dalam Ilmu. Itu Fungsi Baitul Hikmah. Fungsi Baitul Hikmah.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama