Kontribusi Baitul Hikmah terhadap Peradaban Dunia (03)

Kontribusi Baitul Hikmah terhadap Peradaban Dunia (03)
Ilustrasi: www.minews.id

MEDIA IPNU - Kontribusi Baitul Hikmah terhadap Peradaban Dunia. Kehancuran Baitul Hikamah ini beriringan dengan jatuhnya kota Baghdad ditangan bangsa Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan pada tahun 1258 M. Setelah berhasil mengepung kota dan melakukan pembantaian terhadap warga kota Baghdad dan keluarga istana dinasti Abbasiyah, mereka membakar dan memporakporandakan bangunan-bangunan yang terdapa di kota Baghdad, tak terkecuali Baitul Hikmah.

Bangsa Mongol ini merupakan bangsa yang memiliki tingkat SDM yang rendah sehingga mereka tidak mengenal buku-buku sebagai sebuah barang yang berharga, bahkan kehidupan mereka di timur kebanyakan hanya untuk menggembala dan menjarah. Mereka tidak seperti bangsa lain yang memiliki tingkat SDM tinggi, seperti kerajaan Leon, Castilia, dan Aragon yang ketika berhasil mengalahkan umat Islam di Andalusia, mereka membawa buku-buku peninggalan umat Islam untuk dikaji sehingga berhasil membawa mereka pada zaman renaisance.

Oleh karena kurang pahamnya dengan urgent-nya ilmu pengetahuan, mereka membakar buku-buku yang terdapat di Baitul Hikmah, bahkan mereka juga membuangnya ke sungai Tigris sehingga membuat warna sungai itu berubah seperti warna tinta. Kecermelangan Baitul Hikmah sebagai pusat intelektual itu seakan padam dilenyapkan oleh bangsa yang tidak mengenal ilmu pengetahuan.

Kontribusi Baitul Hikmah terhadap Peradaban Dunia

Walaupun Baitul Hikmah ini telah dilenyapkan oleh bangsa Mongol, namun ia masih mempunyai peran dalam pengembangan keilmuan di tempat lain. Baitul Hikmah ini mampu mentransfer keilmuan melalui pelajar-pelajar yang pernah menimba ilmu di Baitul Hikmah. Pada masa ketika Baitul Hikmah masih berjaya, banyak pelajar-pelajar dinasti Abbasiyah dari daerah lain seperti Kairo, Tunis, dan lain-lain melakukan penyalinan terhadap buku-buku di Baitul Hikmah ini.

Setelah pelajar tersebut kembali ke daerahnya, mereka menghasilkan sebuah karya hasil penelitian dan penyalinan yang didapatkannya dari Baitul Hikmah, kemudian karyanya tersebut diletakkan dalam perpustakaan di daerahnya tersebut. Setelah dunia Islam di timur dihancurkan oleh bangsa Mongol, daerah-daerah Islam di Afrika seperti Kairo, Tunis, dan Magrib inilah yang terselamatkan dari pembakaran karya-karya.

Dinasti Mamluk di Mesir saat itu berhasil mengalahkan bangsa Mongol di Ain Jalut sehingga berhasil memukul mundur bangsa Mongol. Oleh sebab itu, bangsa Mesir hingga saat ini menjadi pusat intelektual umat Islam, terutama Universitas al-Azhar.

Selain itu ketika Baitul Hikmah masih dalam kecemerlangannya, dinasti Umayyah II di Andalusia saat itu juga mengimpor sejumlah karya-karya dari dunia timur (Baitul Hikmah), mereka menyalin karya-karya yang ada di Baitul Hikmah. Tak hanya mengimpor karya-karya saja, dinasti Umayyah II juga mengimpor para guru besar yang ada di Baitul Hikmah untuk mengajar di universitas Cordova, Andalusia.

Dengan demikian, maka wajar jika saat itu universitas Cordova mampu menyaingi Baitul Hikmah yang ada di Baghdad. Universitas Cordova saat itu seperti cahaya bar yang menerangi Eropa. Saat itu kerajaan-kerajaan Eropa setelah mengatahu betapa ketertinggalannya mereka dengan peradaban umat Islam, baik di timur maupun barat, Raja di Eropa saat itu dengan gencarnya melakukan pengiriman pelajar-pelajarnya untuk menimba ilmu di negeri Islam.

Raja-raja di Eropa menggencarkan demikian karena dengan misinya yakni mengambil kembali ilmu mereka yang sebelumnya telah diolah oleh umat Islam. Kegiatan inilah yang kemudian beberapa abad kemudian melahirkan masa renaisance di Eropa. Selain itu, terusirnya umat Islam di Andalusia pada abad 15 M juga semakin menguatkan peradaban Eropa karena karya-karya peninggalan Islam di Andalusia sepenuhnya dimiliki oleh kerajaan-karajaan Eropadan dikembangkannya.

Oleh karenanya bangsa Eropa sejak zaman renaisance, revolusi industri, dan hingga saat ini melahirkan berbagai ilmuwan-ilmuwan penting, seperti Galileo Galilei, Johannes Kepler,  Nicolaus Copernicus, Rene Descartes, dan lain-lain.

Penulis: Khoirus Sahro (Kader IPPNU PAC Purwosari, Pasuruan, Jatim)

Kunjungi Bagian Artikel :

Sumber:

  1. Fadhlurrahman. 2019. Peran Harun Al-Rasyid Terhadap Pendidikan Islam Di Era Daulah Abbasiyah.
  2. Laili, Husni, Hasan Asari, and Siti Zubaidah. 2019. Bayt Al-Hikmah: Sejarah Transmisi Ilmu Pengetahuan Antar Peradaban.
  3. Manshuruddin. 2022. Pemikiran Pendidikan Islam Pada Masa Khalifah Harun Ar-Rasyid.
  4. Munjahid. 2019. Kebijakan Pendidikan Khalifah Al-Ma’mun Dan Implikasinya Terhadap Kemajuan Ilmu Pengetahuan.
  5. Muthoharoh, Miftakhul. 2018. Wajah Pendidikan Islam Di Spanyol Pada Masa Daulah Bani Umayyah.
  6. Nasution, Syamruddin. 2013. Sejarah Peradaban Islam. Pekan Baru: Yayasan Pusaka Riau.
  7. Nurhakim, Imam. 2017. Kebijakan Khalifah Al-Ma’mun Tentang Pendidikan Islam.
  8. Nurohman, Aris. 2020. Perpustakaan Baitul Hikmah, Tonggak Kebangkitan Intelektual Muslim.
  9. Riyadi, H. Fuad. 2014. Perpustakaan Bayt Al-Hikmah, The Golden Age of Islam.
  10. Sewang, Anwar. 2015. Sejarah Peradaban Islam. Pare-Pare: STAIN Pare-Pare Press.
  11. Yanto. 2015. Sejarah Perpustakaan Bait Al-Hikmah Pada Masa Keemasan Dinasti Abbasiyah.

Kontribusi Baitul Hikmah terhadap Peradaban Dunia. Ini Kontribusi Baitul Hikmah terhadap Peradaban Dunia. Info Kontribusi Baitul Hikmah terhadap Peradaban Dunia. Tentang Kontribusi Baitul Hikmah terhadap Peradaban Dunia. Jika Kontribusi Baitul Hikmah terhadap Peradaban Dunia. Maka Kontribusi Baitul Hikmah terhadap Peradaban Dunia. Jadi, Kontribusi Baitul Hikmah. Andai Kontribusi Baitul Hikmah. Kontribusi Baitul Hikmah. Inilah Kontribusi Baitul Hikmah.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama