Tentang Media IPNU

MEDIA IPNU lahir dari hasil diskusi panjang mengenai minimnya medsos yang menggarap personal branding kader-kader IPNU IPPNU di dunia digital. Personal branding ini menjadi milik semua kader, entah dalam kapasitas pemimpin atau kader yang memiliki prestasi dan skill keterampilan yang memang layak dan perlu diapresiasi.

Media ini lahir tepat di malam hari raya idhulfitri 1 Syawal 1441 H  atau hari Sabtu, 23 Mei 2020 malam. Suasana takbiran menggema dari berbagai pelosok negeri, berharap menjadi poin keberkahan tersendiri untuk media ini.

Sebagai media yang mendukung kesetaraan gender, platform ini tidak hanya menggarap publikasi kegiatan Rekan-Rekan saja, namun juga Rekanita. Nama yang dipakai memang MEDIA IPNU (bukan MEDIA IPNU IPPNU), namun maksud dari IPNU tersebut adalah jama' yang konotasinya adalah ikatan pelajar NU: IPNU dan IPPNU.

MEDIA IPNU diharapkan menjadi portal alternatif sebagai support system portal induk IPNU-IPPNU yaitu www.ipnu.or.id dan www.ippnu.or.id. Kita berharap seluruh kegiatan IPNU IPPNU bisa pusatkan ke dua portal induk tersebut, namun tidak bisa kita pungkiri bahwa harus ada "uji kelayakan" untuk rilis atau tidaknya di portal PP IPNU dan PP IPPNU. Maka kita hadir untuk alternatif itu sebagai publikasi sederhana.

Selain menjadi support system website pusat, kita juga mendukung penuh terhadap portal induk  suara Nahdlatul Ulama, yaitu NU Online. Saat ini NU Online sudah menjadi portal keislaman terbesar di Indonesia, dan sebagai generasi muda, kader IPNU-IPPNU harus men-support hal tersebut.

Semoga dengan adanya portal alternatif ini, publikasi tentang IPNU IPPNU bisa semakin massif. Entah mengenai reportase kegiatan, sharing gagasan, atau sharing keilmuan para kader IPNU IPPNU di seluruh Nusantara.

SEMANGAT LITERASI DI INDONESIA

Perlu kita ketahui bahwa sebuah bangsa dianggap berperadaban tinggi ketika ia memberikan perhatian yang tinggi terhadap literasi. Literasi itu sendiri merupakan kemampuan melek aksara yang erat kaitanya dengan kemampuan membaca dan menulis. Nah pertanyaan, bagaimana dengan Indonesia nih sahabat ?

Berdasarkan hasil beberapa survey, tingkat literasi di Indonesia ternyata masih rendah lho. Masa, sih?

Misalnya nih, pada awal tahun 2019, Program for International Student Assessment (PISA) merilis bahwa budaya literasi di Indonesia berada di peringkat 72 dari 77 negara yang diteliti di dunia.

Dan beberapa tahun sebelumnya yaitu tahun 2016, UNESCO menyebutkan indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya, dari 1.000 penduduk, hanya satu yang memiliki minat baca.

Nah selanjutnya nih, perkembangan teknologi di awal abad 21 sangatlah luar biasa, ditandai dengan menjamurnya media sosial seperti Facebook, Twitter, WhatsApp, Instagram, dll. Yoo ngacung siapa aja yang gak main medsos ? hehehe.

Rekan-Rekanita, ternyata fenomena ini memberikan manfaat kemudahan untuk terhubungnya person to person dengan segala fitur yang disajikan. Di samping itu, kemunculan media sosial menjadikan arus informasi berjalan begitu cepat hingga bisa tersebar hanya dalam hitungan jam atau bahkan menit saja.

Namun di sisi yang lain, menjamurnya media sosial tersebut dimanfaatkan secara “negatif” oleh pihak-pihak tertentu untuk menyebarkan berita hoax yang dapat membuat keresahan di tengah masyarakat. Bener ngga? Bener kan.

Pada tahun 2017 misalnya, data Kominfo menunjukan ada sekitar 800.000-an situs di Indonesia yang telah terindikasi sebagai penyebar informasi hoaks, WOW !!

Dan menurut laporan DailySocial pada tahun 2018 Informasi hoax paling banyak ditemukan di platform Facebook, WhatsApp, dan Instagram. Sementara APJII merilis tingkat pengguna internet di Indonesia pada tahun 2018 sudah mencapai 64,8% dari semua penduduk Indonesia dan jumlah tersebut terus meningkat setiap tahunnya.

Dari segi usia, pengguna internet tertinggi adalah usia 15-34 tahun. Artinya, potensi besar yang paling mendapatkan dampak dari berita hoax tersebut adalah anak-anak muda, khususnya pelajar yang mungkin masih belum matang dalam pemikiran.

Fakta-fakta di atas seharusnya menjadi sebuah keresahan bagi kita semua sekaligus menjadi dasar bagi kami untuk ikut membangun peradaban melalui jurnalistik dan literasi. Membangun minat membaca dan menulis, pembiasaan merujuk kepada sumber-sumber yang valid, dan bagaimana menginformasikan sebuah fakta berdasarkan rumus jurnalistik bagi para pelajar Indonesia.

Maka dari itu, Media IPNU menjadi gerakan alternatif untuk turut membantu peningkatan literasi, khususnya bagi para pelajar Indonesia. 

Salam,

Redaksi MEDIA IPNU

Media IPNU. Ini Media IPNU. Tentang Media IPNU. Info Media IPNU. Jika Media IPNU. Maka Media IPNU. Namun Media IPNU. Ini Media IPNU.

Posting Komentar