Trilogi Gerakan Pelajar NU sebagai Spirit Kader

Trilogi Gerakan Pelajar NU sebagai Spirit Kader
instagram: @nurshiyamah_

MEDIA IPNU
– Berdasarkan hasil Kongres ke-19 IPNU di Cirebon tahun 2018, Komisi B telah menetapkan Prinsip Perjuangan IPNU. Salah satu poin yang ditetapkan dalam komisi tersebut ialah Orientasi Aksi dengan semangat Trilogi Gerakan Pelajar: Belajar, Berjuang, Bertaqwa.

Trilogi Gerakan Pelajar: Belajar. IPNU merupakan wadah bagi semua kader dan anggota untuk belajar dan melakukan proses pembelajaran secara berkesinambungan. Dimensi belajar merupakan salah satu perwujudan proses kaderisasi.

Jika kita mengingat ulang pelajaran kitab Nadhom Alala karya Burhanuddin al Islam al Zarnuji (Afghanistan) saat Diniyah, maka proses belajar (mencari ilmu) di organisasi memiliki 6 syarat. Pertama, cerdas. Syarat pertama ini bukan berarti kader IPNU harus ber-IQ tinggi. Namun, kader IPNU harus punya komitmen untuk terus mengasah daya berpikirnya agar semakin memahami keadaan sekitar dan apa yang harus ia lakukan.

Salah satu prinsip kecerdasan ialah bagaikan pedang. Sekain lama didiamkan, maka akan berkarat dan tumpul. Jika semakin sering diasah, maka akan semakin tajam dan mengkilat.

Kedua, semangat yang tinggi. Hal ini harus dibuktikan oleh setiap kader dengan bentuk sungguh-sungguh dan ketekukan dalam mempelajari sesuatu. Sebab, dalam belajar tidak ada yang gampang. Hari ini hafal rumus Geometri Bidang Ruang, belum tentu besok masih hafal. Saat pagi paham materi Turunan Fungsi Trigonometri, belum tentu malamnya masih memahami. Maka ketekunan adalah koentji.

Syarat ketiga adalah sabar. Setiap kader IPNU pasti punya masalahnya masing-masing. Semakin penting jabatan yang diemban, maka semakin kompleks pula masalah yang dihadapi. Bahkan tidak jarang kader IPNU juga disibukkan dengan masalah-masalah pribadi (keluarga), study (sekolah/kuliah), atau bahkan dunia percintaan. Maka jika benar-benar ingin belajar banyak hal di organisasi, sabar adalah hal yang ora keno ora (wajib).

Keempat, ada biaya yang cukup. Sebagai kader IPNU, harus sadar bahwa riwa-riwi juga perlu biaya. Maka selain pandai mengatur keuangan, kader IPNU juga harus pandai pula mencari pemasukan, sekecil apa pun itu. Minimal, ketika butuh bensin atau sekedar ngopi, kader IPNU tidak terus menerus minta kepada orangtua. Namun demikian, dalam usia pelajar sangat wajar jika masih mengandalkan uang saku dari orangtua.

Jika mengenai biaya untuk program kerja organisasi, maka kader IPNU bisa mencari dana kepada siapa pun, asalkan masih sesuai koridor etika organisasi.

Kelima, petunjuk guru atau dalam konteks ini ialah arahan pembina organisasi. Tidak bisa dipungkiri bahwa pengalaman pembina IPNU (baik itu alumni atau tokoh masyarakat setempat) jauh lebih banyak daripada kader IPNU yang masih berproses. Ada pola-pola komunikasi yang perlu dipahami sesuai kultur jaringan yang dibangun.

Contoh sederhana misalnya: jika pengurus sedang menggarap program kaderisasi, maka harus minta arahan kepada alumni Departemen Kaderisasi; jika menggarap Komisariat Sekolah, maka komunikasi dengan alumni Departemen Jaringan Sekolah; dan lain sebagainya.

Syarat terakhir ialah waktu yang lama. Jika ingin darah IPNU mengalir di seluruh tubuhmu, maka harus melalui proses bertahap. Jenjang karir di IPNU tidak bisa dipaksakan untuk instan.

Rekan-Rekan pasti sering mendengar istilah kader karbitan. Kader karbitan ialah kader yang jenjang karirnya lompat. Ada yang tidak pernah di PR/PK, lompat langsung ke PAC. Ada yang tidak pernah di PR/PK/PAC tapi lompat langsung ke PC. Bahkan ada pula yang tidak pernah berdarah-darah di PR/PK/PAC/PC, lantas lompat langsung ke PW. Ada pula yang langsung dobel kepengurusan di PAC/PC/PW/PP.

Kelak kader yang demikian akan dapat catatan merah dalam sejarah. Dapat dipastikan bahwa tidak ada rasa kepemilikan terhadap organisasi dalam diri kader karbitan.

Trilogi Gerakan Pelajar: Berjuang. IPNU merupakan medan juang bagi semua kader dan anggota untuk mendedikasikan diri bagi ikhtiar pewujudan kemaslahatan umat manusia. Perjuangan yang dilakukan adalah perwujudan mandat sosial yang diembannya.

Berjuang dalam bahasa arab adalah jihad. Maknanya ialah berusaha sungguh-sungguh dengan mengerahkan segenap kemampuan.

وَجَاهِدُوْا فِى اللّٰهِ حَقَّ جِهَادِهٖۗ

Artinya: “Berjuanglah kalian di jalan Allah dengan perjuangan yang sebenar-benarnya,” (QS. Al-Hajj Ayat 78).

Berjuang dalam konteks di IPNU ialah bersungguh-sungguh melaksanakan tugas organisasi, dan berkomitmen menyebarkan kemanfaatan terhadap masyarakat. Jangan sampai kader IPNU bermalas-malasan, apa lagi abai terhadap partner organisasi dan lalai terhadap tetangga sekitar.

Trilogi Gerakan Pelajar: Bertaqwa. Sebagai organisasi kader yang berbasis pada komitmen keagamaan, semua gerak dan langkahnya diorientasikan sebagai ibadah. Semua dilakukan dalam kerangka taqwa kepada Allah SWT.

Taqwa secara bahasa berarti takut. Maksudnya ialah berkomitmen melakukan segala yang diperintah oleh Allah, dan menjauhi segala larangannya. Jangan sampai kader IPNU dalam kerja-kerja organisasi malah mengabaikan prinsip ini. Setiap gerakan kader harus memperlihatkan wajah ketaqwaan kepada Allah SWT.

Jika ada kader yang memanfaatkan IPNU untuk kepentingan pribadi dan melakukan kemaksiatan, maka dapat dipastikan bahwa seluruh perjungannya di IPNU tidak akan bermanfaat. Hal demikian sangat banyak dijumpai, sebab setiap generasi pasti ada kader yang keluar dari jalur, entah sadar atau tidak (naudzu bi allahi min dzalika).(sd)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama