Asyiknya IPNU IPPNU Tidak Ada yang Tahu Kecuali Kader itu Sendiri

Asyiknya IPNU IPPNU Tidak Ada yang Tahu Kecuali Kader itu Sendiri
instagram: @mbk_niha

MEDIA IPNUAsyiknya IPNU IPPNU. Dulu ada seorang teman yang bilang kepada saya bahwa baginya organisasi itu tidak penting. Apa lagi IPNU–IPPNU. Ia menjelaskan bahwa dirinya cukup fokus menjalani kehidupan sebagaimana mestinya. Mulai dari menggarap sawah, mengajar ngaji, silaturahim, dan ikut kerja bakti di lingkungan sekitar.

Dalam menyikapi pemikiran masyarakat seperti itu, kita tidak boleh langsung men-just mereka salah. Sebab, setiap individu memiliki latar belakang masing-masing yang kemudian membawanya pada kesimpulan yang berbeda dari sebagian orang.

Konsep organisasi adalah hal yang baru. Di Indonesia, awal abad ke-20 baru berdiri organisasi-organisasi kemsyarakatan, antara lain: Serikat Dagang Islam (16 Oktober 1905), Budi Utomo (20 Mei 1908), Muhammadiyah (18 November 1912), Nahdlatul Ulama (31 Januari 1926) dan berbagai organisasi lainnya. Kemudian IPNU IPPNU baru berdiri pada tahun 1954-1955. Artinya, organisasi memang bukanlah kebutuhan primer untuk setiap manusia.

Jika kita membahas mengenai Islam, tidak wajib semua orang pemeluk Islam harus memilih NU atau Muhammadiyah dan lain sebagainya. Sebab itu semua adalah organisasi semata. Hal yang lebih mudah kita pahami ialah saat menjadi mahasiswa. Ketika di kampus, kita tidak wajib dan tidak akan pernah ada yang memaksa untuk ikut Organisasi Intra Kampus maupun Organisasi Ekstra Kampus apa pun. Kewajiban kita ialah mengikuti matakuliah di kelas, dan lulus sebagaimana mestinya.

Jika kita tarik pada kasus di atas, teman saya tersebut ialah orang muslim yang saleh. Ia hanya fokus menjalankan tugas pokoknya. Sebagai umat muslim ia komitmen menjalankan 5 rukun Islam dan mengimani rukun Iman. Menjalankan kewajibannya sebagai guru Madrasah Diniyah. Mengabdi pada kiai dan menafkahi anak-istri. Baik kepada tetangga dan siapa pun yang ada disekitarnya.

Namun sebagai pelajar kita tidak boleh hidup dalam akuarium yang membatasi gerak kita. Jika kita berdiam diri dan tidak berinteraksi dengan dunia luar, maka kita akan tertinggal oleh zaman. Tanyakan kepada mereka yang tidak bernah berorganisasi atau yang tidak memiliki akses buku dan internet, sedang bergerak kemanakah dunia saat ini? Apa yang sedang berkembang di Eropa, Amerika, Australia, Rusia, Asia Timur, atau bahkan yang sedang berkembang di Jakarta? Saya yakin mereka tidak akan tahu sama sekali.

Bahkan televisi saat ini sudah terasa sangat lambat dalam menyajikan informasi terkini. Apa lagi mengenai hal-hal yang sengaja dirahasiakan oleh kelompok-kelompok tertentu. Entah itu mengenai informasi tentang politik, ekonomi, sosial, budaya, maupun keagamaan.

Orang yang mengetahui dan memahami indahnya berproses di organisasi ialah mereka yang memang sudah berkecimpung di organisasi. Hal itu sama halnya dengan maqolah “لا يعرف الولي الا الولي” (Laa ya’riful walii illal walii) yang artinya: “Tidak ada yang tahu kalau seseorang itu wali kecuali dia sendiri ialah wali”. Asyiknya IPNU IPPNU tidak ada yang tahu, kecuali kader itu sendiri.

Melalui organisasi kita akan tahu bagaimana cara mengelola SDM. Melalui organisasi maka kita akan paham betapa pentingnya gotong-royong dan saling percaya. Melalui organisasi pula kita akan bisa mengakses banyak hal yang sebelumnya tidak pernah kita sangka-sangka sebagai anak desa.

Oleh: Syarif Dhanurendra (Redaksi Media IPNU)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama