NU dan Muhammadiyah, Dua Ormas Islam yang Berperan Besar di Indonesia

NU dan Muhammadiyah, Dua Ormas Islam yang Berperan Besar di Indonesia

MEDIA IPNU
– Tentang NU – Muhammadiyah. Islam menjadi agama terbesar kedua di dunia yang memiliki ciri khas dalam suatu perbedaan dalam kebudayaannya. Kebanyakan penduduknya berasal dari kaum pedagang yang tidak pernah absen demi wujudnya pemuda islami. Namun perbedaan pemahaman dalam Islam tidak semua diterima dengan baik, bahkan mendapat perlakuan negatif dari golongan yang tidak sepaham. Akibatnya orang muslim memiliki pemahaman yang kemudian menjadi berbagai madzhab. Maka akan timbul perpecahan diantara aliran-aliran Islam di berbagai negara di dunia.

Perbedaan madzhab kemudian berdampak adanya golongan yang mengkafir-kafirkan, membid’ah-bid’ahkan sesama umat Islam. Padahal hanya permasalahan metode aliran tersebut. Sehingga orang-orang penganut garis keras tetap keras berdakwah, yang garis tengah tetap menengahi permasalahan. Ia seolah tak mau kalah dalam hal pemikiran yang ingin benar sendiri.

Hal itu membuat umat Islam pusing mengambil keputusan yang tepat dan benar. Lalu bagaimana mereka mendamaikan masalah dari nenek moyang yang sudah terlanjur? Apakah memutuskan lari dari masalah? Atau tetap diam saja layaknya orang tuli?

Di situlah NU dan Muhammadiyah lahir di tengah-tengah perbedaan antara masyarakat radikal, kolot dll. Keduannya memiliki peran begitu luar biasa terhadap sejarah Islam di Indonesia yang tidak separah timur tengah.

NU lahir di tengah masyarakat tradisional untuk menguatkan masyarakat menengah ke bawah yang masih kolot pemikirannya. Sedangkan, Muhammadiyah lahir sebagai kaum modernisme merangkul masyarakat bawah yang harus memiliki komitemen seperti bangsa eropa. Tapi keunikan keduannya mempunyai garis guru yang sama misalnya : Mbah Soleh Darat, Sayyid Maliki Mekkah, dan ulama-ulama panutan mereka.

Nahdlatul Ulama atau biasa kita singat NU ini mempunyai filosofi mendalam. Nahdlatu memiliki arti kebangkitan, yang kemudian didefinisikan sebagaikebangkitan para ulama. Kemudian Muhammadiyah yang berarti pengikut Nabi Muhammadiyah. Sosok pendiri dari dua organisasi tersebut juga merupakan teman seperjuangan, yaitu: K.H Hasyim Asy’ari dan K.H Muhammad Dahlan.

Landasan keduannya terletak pada moderasi beragama mengusung Islam anti kekerasan, tidak membela kanan, ataupun kiri. Dan teguh pendirian di tengah-tengah. NU dengan gaya tradisional juga akan selalu mengayomi masyarakat. Dan Muhammadiyah dengan gaya modernisme ala Rasyid Ridho serta Muhammad Abduh juga punya cara untuk mengayomi. Jadi apa masalah kita selalu berbeda pemikiran? Langkah awalnya adalah kita sama-sama umat Islam harus memiliki rasa cinta kasih, saling menghormati bagi sesama umat muslim maupun beda agama dan kepercayaan.

*Oleh : Ahmad Zuhdy Alkhariri (Kader PAC IPNU Sukoharjo, Jawa Tengah)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama