Online Education and Impact on Families: Memahami Transisi ke Pembelajaran Jarak Jauh di USA

Online Education and Impact on Families: Memahami Transisi ke Pembelajaran Jarak Jauh di USA


MEDIA IPNU – Dengan dimulainya pandemi global, keluarga telah menyesuaikan diri dengan gerakan cepat ke pendidikan online. Menurut Survei U.S. Census Bureau’s Household Pulse Survey, 93% rumah tangga dengan anak usia sekolah telah memiliki pengalaman dengan beberapa bentuk pembelajaran jarak jauh selama pandemi COVID-19, dengan mayoritas rumah tangga tersebut menggunakan beberapa bentuk Online Education.

Bagi banyak keluarga, peralihan itu sulit. Masalah aksesibilitas telah berdampak pada keluarga berpenghasilan rendah secara tidak proporsional karena mereka mungkin tidak memiliki akses ke dua persyaratan untuk pembelajaran online: layanan internet berkecepatan tinggi dan komputer. Laporan National Education Association (NEA) memperkirakan bahwa 13,5 juta anak berusia 5-17 tahun tidak memiliki akses ke teknologi ini.

Keluarga juga telah berjuang untuk memahami bagaimana Online Education berdampak pada pendidikan dan perkembangan anak-anak mereka dan dinamika keluarga secara keseluruhan. Karena para pendidik dan orang tua telah memiliki waktu untuk menyesuaikan diri dengan gejolak yang disebabkan oleh pandemi, baik keuntungan maupun kerugian menjadi lebih jelas. Misalnya, sebuah studi bersama dari NEA dan National PTA tentang dampak Online Education menemukan bahwa sebagian besar siswa merasa mendapatkan pendidikan yang baik, meskipun merasakan tekanan dari tekanan belajar, emosional, ekonomi, dan kesehatan.

Dampak Pembelajaran Jarak Jauh pada Pendidikan Anak (Online Education)

Pada April 2020, saat puncak penutupan sekolah di AS, sekitar 55,1 juta siswa terpengaruh. Pendidik masih mempelajari bagaimana peralihan ke pembelajaran online akan mempengaruhi siswa dalam jangka panjang. Para peneliti khawatir tentang “slide COVID-19” yang mirip dengan “slide musim panas” – kehilangan pembelajaran yang dialami siswa selama musim panas – tetapi dalam skala yang lebih besar.

Orang tua pula takut. Bagi informasi dari orang tua siswa K- 12 yang disurvei oleh Pew Research Center:

  • 65% orang tua takut tentang kanak-kanak mereka yang bisa jadi tertinggal secara akademis sebab kendala sekolah serta pendidikan online.
  • 63% orang tua takut kanak-kanak mereka mempunyai sangat banyak waktu di depan layar.
  • 60% orang tua takut kanak-kanak mereka bisa mempertahankan ikatan sosial.
  • 59% orang tua takut tentang kesejahteraan emosional kanak-kanak mereka.

Faktor- faktor yang bisa memastikan gimana tarif pembelajaran siswa sepanjang pendidikan online tercantum style belajar orang, area belajar, serta tingkatan keterlibatan orang tua. Alibi sangat universal kanak-kanak berjuang dengan pergantian dari area kelas merupakan selaku berikut:

  • Ketimpangan digital. Kanak- kanak yang sangat berjuang tidak mempunyai akses ke layanan internet berkecepatan besar yang tidak berubah-ubah serta one-to-one device buat pendidikan online. Online Education yang berhasil tidak bisa jadi tanpa teknologi ini, serta jutaan siswa tidak memilikinya.
  • Minimnya struktur. Banyak siswa berkinerja terbaik dalam area terstruktur dengan rutinitas yang diresmikan. Siswa- siswa ini bisa jadi lebih tersendat di rumah. Mereka bisa jadi melupakan tugas ataupun rapat kelas, aksi yang bisa berakibat negatif pada pembelajaran online. Banyak orang tua bekerja sedangkan kanak- kanak mereka ikut serta dalam pendidikan online. Keluarga- keluarga ini spesialnya bisa jadi berjuang buat menawarkan tingkatan struktur yang sama di rumah yang diperoleh kanak- kanak di sekolah.
  • Keterlibatan menurun. Banyak siswa berjuang dengan minimnya interaksi tatap muka dengan guru serta rekan- rekan mereka sepanjang pendidikan online. Guru bisa jadi tidak bisa membedakan siswa mana yang lagi mengerjakan tugas serta siswa mana yang memerlukan lebih banyak sokongan. Siswa yang tidak ikut serta bisa jadi tidak berpartisipasi dalam dialog kelas online, serta bila segala kelas tidak ikut serta, itu membuat satu pertemuan kelas yang tenang serta tidak produktif.

Sementara peralihan ke pendidikan online sulit bagi banyak orang, beberapa siswa telah berkembang pesat selama peralihan tersebut. Pendidik dan orang tua sama-sama memperhatikan, dengan banyak yang mempertimbangkan bagaimana hal ini dapat menyebabkan perubahan permanen ketika siswa kembali ke kelas. Guru, orang tua, dan siswa telah melihat beberapa manfaat dari pembelajaran online, termasuk yang berikut:

  • Jadwal yang lebih fleksibel. Banyak anak berjuang dengan jadwal sekolah di kampus yang padat, yang dapat berdampak negatif pada nilai dan retensi mereka. Siswa-siswa ini dapat berkembang dengan fleksibilitas yang disediakan oleh pembelajaran jarak jauh.
  • Lebih banyak instruksi mandiri. Beberapa siswa mungkin mendapat manfaat dari memecah tugas menjadi bagian-bagian yang dapat dikelola dan mengambil istirahat saat dibutuhkan, keuntungan tidak selalu tersedia di lingkungan di kampus. Selama pembelajaran online, siswa merasa lebih mudah untuk bekerja dengan kecepatan mereka sendiri.
  • Lebih sedikit gangguan. Siswa yang mudah terganggu atau cemas mungkin lebih mudah berkonsentrasi dan fokus pada tugas sekolah di rumah. Siswa yang pemalu mungkin kesulitan menjawab pertanyaan atau berpartisipasi di kelas tetapi merasa lebih mudah untuk berpartisipasi secara online.
  • Peningkatan keterampilan pengaturan diri. Siswa bekerja lebih mandiri dengan melacak jadwal mereka, mengingat jam berapa rapat, mengatur waktu di siang hari untuk mengerjakan tugas, dan melacak tanggal jatuh tempo.
  • Lebih banyak tidur. Siswa juga mendapat manfaat dari lebih banyak tidur. Salah satu dampak sederhana dari pendidikan online adalah anak-anak mendapatkan istirahat yang lebih baik, yang meningkatkan hasil belajar.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama