Puisi Matahari oleh WS Rendra

Puisi Matahari oleh WS Rendra
Puisi Matahari oleh WS Rendra | instagram @faiza_ulfa_

MEDIA IPNU -  Puisi Matahari ini adalah karya WS. Rendra yang diberi judul "Sajak Matahari". Melalui puisi ini, WS Rendra dapat menggambarkan matahari sebagai sebuah mahakarya yang hidup. Sajaknya hingga kini masih beredar, walau Rendra sendiri sudah jadi kenangan. Puisi WS Rendra melampau zaman.

Sajak Matahari WS Rendra

Matahari bangkit dari sanubariku.

Menyentuh permukaan samodra raya.

Mata-hari keluar dari mulutku,

menjadi pelangi di cakrawala.

 

Wajahmu keluar dari jidatku,

wahai kamu, wanita miskin !

kakimu terbenam di dalam lumpur.

Kamu harapkan beras seperempat gantang,

dan di tengah sawah tuan tanah menanammu !

 

Satu juta lelaki gundul

keluar dari hutan belantara,

tubuh mereka terbalut lumpur

dan kepala mereka berkilatan

memantulkan cahaya matahari.

Mata mereka menyala

tubuh mereka menjadi bara

dan mereka membakar dunia.

 

Mata-hari adalah cakra jingga

yang dilepas tangan Sang Krishna.

Ia menjadi rahmat dan kutukanmu,

ya, umat manusia ! 

 

Matahari jadi kata yang cukup dominan; "motor struktural" yang cukup determinan dalam Mengenai melahirkan kata dan bait secara menyeluruh serta makna di dalam puisi ini. Matahari dalam konsepsi kehidupan masyarakat Indonesia ialah sesuatu yang bersifat "mutlak".

Artinya, seluruh wilayah Republik dan semestanya mendapatkan anugerah melimpah berupa sinar matahari; dari pagi hingga senja, dari ujung timur hingga ujung barat, dari permukaan tanah, lautan, hingga langit. Tidak mengherankan, dalam bait dini, semacam pengantar maupun pengenalan terhadap sesuatu subjek bernama matahari, kita bisa menjumpai sebagian istilah semacam "sanubariku", "samodra raya", "mulutku", "pelangi", serta "cakrawala".

Matahari ialah subjek yang bisa terletak serta bangkit dalam lubuk sanubari, sesuatu yang bersifat mendalam, agung, maupun menjelang pagi hari. Perjalannya hendak menyapa dan memegang lautan luas maupun samodra di bumi Indonesia, memberikan kehangatan kepada air laut dalam segala makhluk yang ada di dalamnya yang pada akhirnya hendak memberikan manfaat buat kehidupan manusia.

Panas menganga yang diberikan matahari pula bisa jadi keelokan visual kala bercumbu dengan air langit, pelangi. Wacana ke-matahari-an yang mampu memperkenalkan kehidupan dan keelokan jadi konstruksi yang distrukturasikan dalam bait dini puisi ini.(dh)

 Baca juga: 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama