Aswaja Pada Kader IPNU IPPNU dan Empat Cara Mengajarkannya

Aswaja Pada Kader IPNU IPPNU dan Empat Cara Mengajarkannya
Ilustrasi Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy'ari (Rois Akbar Nahdlatul Ulama)

MEDIA IPNU - Aswaja pada kader IPNU IPPNU. Setelah mengikuti organisasi pasti bertanya-tanya, mengapa bisa masuk organisasi tersebut? Apakah karena visi misinya? Atau ikut-ikutan orang dengan budaya temannya yang mayoritas ikut semua? Pertanyaan ini sering muncul di permukaan gerak-gerik di otak kita masing-masing.

Lalu ketika kita masuk ada saja pertanyaan yang muncul begini bunyinya bagaimana cara mengajarkan organisasi tersebut kepada anggota barunya?

Itu pertanyaan yang sangat menjadi pukulan telak bagi seorang pengurus yang sudah lama menjabatinya. Karena pada permasalahannya, banyak seorang organisasi tak paham secara mendalam supaya arah geraknya bersifat komunikasi dengan membeda-bedakan pendekatan kultural  atau biasa kita sebut budaya.

Namun kenyataannya adalah sama sekali tidak sempurna dalam pemahaman cara berorganisasi dengan baik. Sehingga sulit untuk diterima yang berakibat fatal pemahaman. Ambil contohnya jika kita memahami pemahaman organisasi sebelah kita, yang terngiang-ngiang di pikiran kita adalah Kembali ke Al-Qur’an dan As Sunnah.

Pemahaman yang sering sekali di sekolah-sekolah berlebel islam terpadu di akhir penyebutan nama sekolahnya. Mereka sudah didoktrin untuk mengamalkan ajaran yang biasa disebut wahabiyah dengan berkonsep kembalinya Qur’an dan Hadits melalui beberapa buku paket atau pedoman-pedoman buku saku amaliyahnya. Sama halnya dengan sekolah NU pada umumnya, ke-aswajaan yang sudah terlintas sumber KH Hasyim Asy’ari sebagai jalan menuju kebangsaan.

Kalau kita pikir-pikir untuk memahami aswaja, pasti perlu di detail lebih dalam, yang pada esensinya semua organisasi ada yang mengaku-ngaku, dan berharap aswaja adalah bagian dari ajaran organisasinya. Lantas bagaimana kita mengajarkan aswaja di ranah NU? Terutama Aswaja pada kader IPNU IPPNU?

Mengenai Aswaja pada kader IPNU IPPNU, setelah saya menganalisisnya, kemudian mengamatinya, ajaran aswaja sudah sangat punah dan bahkan ada anggota IPNU IPPNU yang cuman faham sebatas hafalannya saja.

Aswaja pada kader IPNU IPPNU perlu ditularkan, sebab tidak semua kader punya minat literasi yang  mencukupi. Sebagian pelajar umum perlu adanya langkah-langkah metode menemukan semangat belajar, berjuang, dan bertakwa.

Cara untuk mengajarkan Aswaja pada kader setidaknya ada empat hal. Pertama, adakanlah semacam diskusi, workshop, atau seminar-seminar membahas ke aswaja’an. Hal itu dilakukan untuk memudahkan anggota IPNU IPPNU saling bertanya-tanya. Meskipun tidak semua anggota paham diutarakan pemateri.

Kedua, selalu berkumpul dengan beberapa landasan pemahaman pemateri yang diajarkan di Makesta, Lakmud, Lakut, Latin pada rutinan mingguan. Tetapi ingatlah dengan membawa buku tulisnya, sebagai pengingatnya.

Ketiga, mengingat kembali materinya, dengan mengulangi apa yang diajarkan minggu lalu. Supaya bisa teringat-ingat dan memahami tentang Aswaja khususnya pada kader IPNU IPPNU.

Keempat, selalu konsisten atau Bahasa agamannya istiqomah mengingatnya sampai ia benar-benar faham akan adannya keilmuan, terutama ke-aswajaan. Itu adalah cara ampuh menurut analisis saya sebagai kaum pelajar.

Pastikan keempat hal ini disampaikan dengan baik dan benar. Jangan dibuat-buat berlasan bahwa hanya seniorlah yang berhak mengajarinya. Semua kalangan yakin bisa melakukannya.

Demikiran sekilas tentang cara mengajarkan Aswaja pada kader IPNU IPPNU. Semoga bermanfaat bagi kader-kader semua wilayah.

Oleh : Ahmad Zuhdy Alkhariri (Kader PAC IPNU Sukoharjo, Kab. Sukoharjo, Jawa Tengah)

Temukan pula artikel menarik Media IPNU di Google News

Baca juga:

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama